Cara Membaca Puisi

By On Saturday, February 8th, 2014 Categories : Bahasa Indonesia, Bahasa Indonesia, Bahasa Indonesia

Puisi

Cara Membaca Puisi

Puisi adalah salah satu jenis sastra yang bahasa didalamnya terikat oleh rima, irama, serta penyusunan larik dan bait. Membaca sebuah puisi akan berbeda dengan membaca sebuah teks cerita. Ketika kita akan membaca puisi tentunya kita harus tahu apa yang harus kita lakukan ketika membaca puisi tersebut. Penjiwaan atau Penghayatan dalam pembacaan puisi juga harus diperhatikan dan juga kita harus memerhatikan lafal dan intonasi yang tepat. Berikut bagaimana cara membaca puisi yang benar.

Membaca puisi sebagai Apresiasi Puisi

Secara makna leksikal, apresiasi (appreciation) mengacu pada pengertian pemahaman dan pengenalan yang tepat, pertimbangan, penilaian, dan pernyataan yang memberikan penilaian (Hornby dalam Sayuti, 1985:2002). Sementara itu, Effendi (1973: 18) menyatakan bahwa apresiasi sastra adalah menggauli cipta sastra dengan sungguh-sungguh sehingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap cipta sastra.

Pada dasarnya, kegiatan membaca puisi merupakan upaya apresiasi puisi. Secara tidak langsung, bahwa dalam membaca puisi, pembaca akan berusaha mengenali, memahami, menggairahi, memberi pengertian, memberi penghargaan, membuat berpikir kritis, dan memiliki kepekaan rasa. Semua aspek dalam karya sastra dipahami, dihargai bagaimana persajakannya, irama, citra, diksi, gaya bahasa, dan apa saja yang dikemukakan oleh media. Pembaca akan berusaha untuk menerjemahkan bait perbait untuk merangkai makna dari makna puisi yang hendak disampaikan pengarang. Pembaca memberi apresiasi, tafsiran, interpretasi terhadap teks yang dibacanya Setelah diperoleh pemahaman yang dipandang cukup, pembaca dapat membaca puisi.

Karena kata “membacakan” mengandung makna benefaktif, yaitu melakukan sesuatu pekerjaan untuk orang lain, maka penyampaian bentuk yang mencerminkan isi harus dilakukan dengan total agar apresiasi pembaca terhadap makna dalam puisi dapat tersampaikan dengan baik kepada pendengar. Makna yang telah didapatkan dari hasil apresiasi diungkapkan kembali melalui kegiatan membaca puisi. Dapat pula dikatakan sebagai suatu kegiatan transformasi dari apresiasi pembaca dengan karakter pembacaannya, termasuk ekspresi terhadap penonton.

Faktor-faktor Penting dalam Membaca Puisi

Setiap bentuk dan gaya baca puisi selalu menuntut adanya ekspresi wajah, gerakan kepala, gerakan tangan, dan gerakan badan. Keempat ekspresi dan gerakan tersebut harus memperhatikan

jenis acara: pertunjukkan, pembuka acara resmi, performance-art, dll,

pencarian jenis puisi yang cocok dengan tema: perenungan, perjuangan, pemberontakan, perdamaian, ketuhanan, percintaan, kasih sayang, dendam, keadilan, kemanusiaan, dll,

  • pemahaman puisi yang utuh,
  • pemilihan bentuk dan gaya baca puisi,
  • tempat acara: indoor atau outdoor,
  • audien,
  • kualitas komunikasi,
  • totalitas performansi: penghayatan, ekspresi,
  • kualitas vokal,
  • kesesuaian gerak, dan
  • jika menggunakan bentuk dan gaya teaterikal, harus memperhatikan
    • pemilihan kostum yang tepat,
    • penggunaan properti yang efektif dan efisien,
    • setting yang sesuai dan mendukung tema puisi,
    • musik yang sebagai musik pengiring puisi atau sebagai musikalisasi puisi

Bentuk dan Gaya dalam Membaca puisi

Suwignyo (2005) mengemukakan bahwa bentuk dan gaya baca puisi dapat dibedakan mejadi tiga, yaitu

  • bentuk dan gaya baca puisi secara poetry reading,
  • bentuk dan gaya baca puisi secara deklamatoris, dan
  • bentuk dan gaya baca puisi secara teaterikal.

1.  Bentuk dan Gaya Baca Puisi secara Poetry Reading

Ciri khas dari bentuk dan gaya baca puisi ini adalah diperkenankannya pembaca membawa teks puisi. Adapaun posisi dalam bentuk dan gaya baca puisi ini dapat dilakukan dengan

  • berdiri,
  • duduk, dan
  • berdiri, duduk, dan bergerak.

Jika pembaca memilih bentuk dan gaya baca dengan posisi berdiri, maka pesan puisi disampaikan melalui gerakan badan, kepala, wajah, dan tangan. Intonasi baca seperti keras lemah, cepat lambat, tinggi rendah dilakukan dengan cara sederhana. Bentuk dan gaya baca puisi ini relatif mudah dilakukan.

Jika pembaca memilih bentuk dan gaya baca dengan posisi duduk, maka pesan puisi disampaikan melalui

  • gerakan-gerakan kepala: mengenadah, menunduk menoleh,
  • gerakan raut wajah: mengerutkan dahi, mengangkat alis,
  • gerakan mata: membelakak, meredup, memejam,
  • gerakan bibir: tersenyum, mengatup, melongo, dan
  • gerakan tangan, bahu, dan badan, dilakukan seperlunya.

Sedangkan intonasi baca dilakukan dengan cara

  • membaca dengan keras kata-kata tertentu,
  • membaca dengan lambat katakata tertentu, dan
  • membaca dengan nada tinggi kata-kata tertentu.

Jika pembaca memilih bentuk dan gaya baca puisi duduk, berdiri, dan bergerak, maka yang harus dilakukan pada posisi duduk adalah

  • memilih sikap duduk dengan santai,
  • arah dan pandangan mata dilakukan secara bervariasi, dan
  • melakukan gerakan tangan dilakuakan dengan seperlunya.

Sedang yang dilakukan pada saat berdiri adalah

  • mengambil sikap santai,
  • gerakan tangan, gerakan bahu, dan posisi berdiri dilakukan dengan bebas, dan
  • ekspresi wajah: kerutan dahi, gerakan mata, senyuman dilakukan dengan wajar.

Yang dilakukan pada saat bergerak adalah

  • melakukan dengan tenang dan terkendali, dan
  • menghindari gerakan-gerakan yang berlebihan.

Intonasi baca dilakukan dengan cara

  • membaca dengan keras kata-kata tertentu,
  • membaca dengan lambat katakata tertentu, dan
  • membaca dengan nada tinggi kata-kata tertentu.

2. Bentuk dan Gaya Baca Puisi secara Deklamatoris

Ciri khas dari bentuk dan gaya baca puisi seacra deklamatoris adalah lepasnya teks puisi dari pembaca. Jadi, sebelum mendeklamasikan puisi, teks puisi harus dihapalkan. Bentuk dan gaya baca puisi ini dapat dilakukan dengan posisi

  • berdiri,
  • duduk, dan
  • berdiri, duduk, dan bergerak.

Jika deklamator memilih bentuk dan gaya baca dengan posisi berdiri, maka pesan puisi disampaikan melalui

  • gerakan-gerakan tangan: mengepal, menunjuk, mengangkat kedua tangan,
  • gerakan-gerakan kepala: melihat ke bawah, atas, samping kanan, samping kiri, serong,
  • gerakan-gerakan mata: membelalak, meredup, memejam,
  • gerakan-gerakan bibir: tersenyumm, mengatup, melongo,
  • gerakan-gerakan tangan, bahu, badan, dan raut muka dilakukan dengan total.

Intonasi baca dilakukan dengan cara

  • membaca dengan keras kata-kata tertentu,
  • membaca dengan lambat kata-kata tertentu,
  • membaca dengan nada tinggi kata-kata tertentu.

Jika deklamator memilih bentuk dan gaya dengan posisi duduk, berdiri, dan bergerak, maka yang dilakukan pada posisi duduk adalah

  • memilih posisi duduk dengan santai, kaki agak ditekuk, posisi mriing dan badan agak membungkuk, dan
  • arah dan pandangan mata dilakukan bervariasi: menatap dan menunduk.

Sedang yang dilakukan pada posisi berdiri

  • mengambil sikap tegak dengan wajah menengadah, tangan menunjuk, dan
  • wajah berseri-seri dan bibir tersenyum.

Yang dilakukan pada saat bergerak

  • melakukan dengan tenang dan bertenaga, dan
  • kaki dilangkahkan dengan pelan dan tidak tergesa-gesa.

Intonasi dilakukan dengan cara

  • membaca dengan keras kata-kata tertentu,
  • membaca dengan lambat kata-kata tertentu, dan
  • membaca dengan nada tinggi kata-kata tertentu.

3. Bentuk dan Gaya Baca Puisi secara Teaterikal

Ciri khas bentuk dan gaya baca puisi teaterikal bertumpu pada totalitas ekspresi, pemakaian unsur pendukung, misal kostum, properti, setting, musik, dll., meskipun masih terikat oleh teks puisi/tidak. Bentuk dan gaya baca puisi secara teaterikal lebih rumit daripada poetry reading maupun deklamatoris. Puisi yang sederhana apabila dibawakan dengan ekspresi akan sangat memesona.

Ekspresi jiwa puisi ditampakkan pada perubahan tatapan mata dan sosot mata. Gerakan kepala, bahu, tangan, kaki, dan badan harus dimaksimalkan. Potensi teks puisi dan potensi diri pembaca puisi harus disinergikan. Pembaca dapat menggunakan efek-efek bunyi seperti dengung, gumam, dan sengau diekspresikan dengan total. Lakuan-lakukan pembaca seperti menunduk, mengangkat tangan, membungkuk, berjongkok, dan berdiri bebas diekspresikan sesuai dengan motivasi dalam puisi. Aktualisasi jiwa puisi harus menyatu dengan aktualisasi diri pembaca.

cara menggunakan timbangan duduk, puisi tentang buah anggur, cara membaca timbangan duduk, puisi kebudayaan 8 bait, contoh puisi tentang peristiwa ekonomi yang pernah dialami, puisi bertema kependudukan, contoh puisi berkaitan dengan peristiwa ekonomi yang pernah kalian alami, nama nama pemanasan, contoh puisi berkaitan dengan peristiwa ekonomi yang pernah dialami, puisi buah anggur, puisi tema kependudukan, contoh puisi berjudul buah anggur, puisi tentang peristiwa ekonomi yang pernah dialami, contoh acak kata, contoh puisi berkaitan dengan peristiwa ekonomi yan pernah kalian alami, cara penggunaan timbangan duduk, cara baca timbangan duduk, contoh puisi tentang peristiwa yang pernah dialami tentang perekonomian, cara menimbag dengan timbangan duduk, Puisi tentang peristiwa yang pernah kalian alami yang berhubungan dengan kegiatan ekonomi, tulislah puisi yg berisi tentang peristiwa yg pernah kalian alami yg berhubungan dengan kegiatan ekonomi, puisi kebudayaan 8 bait untuk kelas 4, puisi 8 bait tentang kebudayaan indonesia, puisi kenaikan kelas, puisi terasering
Cara Membaca Puisi | admin | 4.5